Entri Populer

Jumat, 10 Juni 2011

Major John Lie

Salah seorang tokoh etnis Tionghoa yang berjasa kepada Republik ini adalah Mayor John Lie. Ia adalah mualim kapal pelayaran niaga milik Belanda KPM yang lalu bergabung dengan Angkatan Laut RI. Semula ia bertugas di Cilacap dengan pangkat kapten. Di pelabuhan ini selama beberapa bulan ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam Jepang untuk menghadapi pasukan Sekutu. Atas jasanya, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor.
Ia lalu ditugaskan mengamankan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia untuk diperdagangkan di luar negeri dalam rangka mengisi kas negara yang saat itu masih tipis. Pada masa awal (tahun 1947), ia pernah mengawal kapal yang membawa karet 800 ton untuk diserahkan kepada Kepala Perwakilan RI di Singapura, Utoyo Ramelan. Sejak itu, ia secara rutin melakukan operasi menembus blokade Belanda. Karet atau hasil bumi lain dibawa ke Singapura untuk dibarter dengan senjata. Senjata yang mereka peroleh lalu diserahkan kepada pejabat Republik yang ada di Sumatera seperti Bupati Riau sebagai sarana perjuangan melawan Belanda. Perjuangan mereka tidak ringan karena selain menghindari patroli Belanda, juga harus menghadang gelombang samudera yang relatif besar untuk ukuran kapal yang mereka gunakan.
Untuk keperluan operasi ini, John Lie memiliki kapal kecil cepat, dinamakan the Outlaw.

GPK (Gerobolan Pengacau Keamanan)

GPK (Gerombolan Pengacau Keamanan)

June 10, 2011 |  Tagged 
GPK, sebutan yang diberikan ABRI bagi gerakan yang dianggap mengganggu keamanan nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, gerakan seperti itu muncul di Lampung, Aceh, Timor Timur, dan Irian Jaya.
Lampung. GPK Lampung yang menyebut diri Komando Mujahidin Fisabililah diperkirakan berkekuatan sekitar 250 orang. Mereka melakukan aksi enghasutan di Desa Talangsari, Kecamatan Way Jepara, Lampung Tengah, melalui khotbah yang isinya menentang permerintah dan Pancasila. Di samping itu, mereka juga membuat bom botol (molotov) dan panah beracun serta berlatih bela diri.
Aceh. GPK Aceh diperkirakan berkekuatan sekitar 200 orang. Keberadaannya diorganisasikan oleh sisa Gerakan Aceh Merdeka dan anggota ABRI yang telah dipecat. Mereka kemudian merekrut pengangguran tamatan sekolah menengah serta orang-orang yang sakit hati kepada pemerintah. GPK ini beraksi di tiga kabupaten, yakni Aceh Utara, Aceh Timur, dan Pidie. Mereka menjalankan taktik gerilya dalam menyerang petugas keamanan. Mereka juga menyusup di antara penduduk sehingga petugas keamanan sulit melakukan identifikasi.
Irian Jaya. GPK di propinsi ini lazimnya disebut Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan diperkirakan berkekuatan sekitar 200 orang. Gerombolan ini terbagi dua, yaitu OPM wilayah utara dan OPM wilayah selatan. Tetapi dari Deklarasi 7 Juni 1991 dan Memorandum 1 Agustus 1991, terungkap penyatuan OPM wilayah utara pimpinan Martin Luther Prawar dan OPM wilayah selatan pimpinan Mathias Wenda. Wenda selanjutnya diangkat menjadi presiden OPM sementara Prawar menjadi panglima OPM.
Timor Timur. Gerombolan ini merupakan sisa pemberontak Fretilin yang menginginkan kemerdekaan Timor Timur. Mereka terpencar dalam kelompok-kelompok kecil di pedalaman bagian timur di Los Palos dan di bagian selatan, seperti di Ainaro. Viqueque, dan Same.
Dalam struktur organisasi yang dibuat GPK Fretilin, Xanana Gusmao merupakan panglima perang sekaligus pimpinan. Kepala staf sosial politik dijabat oleh Mau Hudu alias Jose da Costa, yang mempunyai nama samaran Hodu Rangka Dalak. Kepala staf angkatan bersenjata dijabat oleh Mau Hunu. Wakil panglima dijabat oleh Taur Matan Ruak dan sekretaris dijabat oleh Mau Konis.
Sumber : Ensiklopedia Indonesia